Mereka berkumpul karena kerinduan untuk menjadi - terbebas. Kehidupan yang berada dalam setiap "bentuk - bentuk tertentu" sesungguhnya bertujuan untuk lepas dan merdeka. Entah tumbuhan, binatang, dan manusia - mereka berjalan menuju pembebasan. Kerinduan panjang untuk - mengalami kemerdekaan (Moksa). Setiap pribadi bertujuan untuk menempuh - pengalaman yang tanpa batas (Mukti). Sebelum ajaran baru menawarkan tentang - konsep Tuhan sebagai tujuan akhir. Leluhur tanah ini telah mengenal tujuan setiap kehidupan yang secara natural adalah gerak bertumbuh dan berkembang menuju - Suwung (pengalaman yang terbebas tak terbatas). Jika di dalami lebih lanjut konsep yang di bawa para misionaris atas angin itu  - hanya beperan untuk mengisi rasa ketidakpercayadirian manusia, akibat mereka tak lagi diajarkan untuk menatap dan menyimak dirinya sendiri. Sebenarnya konsep tentang Tuhan itu tak akan dibutuhkan lagi jika setiap manusia terlibat mengamati dirinya sendiri. Setiap manusia seharusnya terlatih berbalik di dalam dirinya - menghadap, menatap, dan menghayati keberadaannya sendiri. Menyimak dan mengeksplorasi ke dalam diri "kemanusiaan" itu sendiri alih- alih berlari ke luar dirinya dan berhadapan dengan tirani- tirani yang tak pasti- tentang berhala- berhala Tuhan ciptaan manusia itu sendiri! Dan akhirnya manusia hanya meletakan konsep "Tuhan" sebagai alat untuk menyandarkan diri atas masalah yang sesungguhnya mereka ciptakan sendiri secara sadar dan tidak sadar! Mereka menggunakan - Tuhan sebagai alat untuk mengkompensasi atas masalah- masalah beban hidup yang membelenggunya. Itu sesungguhnya adalah berhala- hala konsep pikiran yang lebih keras dari batu!  Dan segera mereka terbelenggu. Pada dasarnya setiap belenggu itulah yang sesungguhnya rindu untuk dibebaskan, rindu untuk menjadi - merdeka. Namun sayangnya budaya dan ajaran masyarkat saat ini justru semakin menawarkan kerumitannya sendiri! Dan pada akhirnya manusia kehilangan kepekaannya, karena mereka tak lagi mau menghadap dan menyimak diri sendiri sepenuhnya.

Ketika - muncul salah satu dari mereka (manusia) yang mampu menginisiasi kebebasan, menginspirasi jalan cerah dari kebuntuan, dan membawa kejelasan akan realitas hidup! Semua berkumpul di sana- mereka berkumpul karena seorang pribadi telah mengalirinya - gema- gema pembebasan! Mereka berkumpul karena Guru - Guru agung itu telah menyentuh sumbatan- sumbatan yang telah membelenggunya tanpa ampun! Mereka bersama menyusuri peta - peta menuju pembebasan, yang kini rutenya telah hancur oleh budaya moderenisasi yang bekerja sama dengan keapatisan, kelesuan, dan kutukan pembatasan. Segera mereka menjadi budak "Tuhan" ciptaan "kelompok" maupun "individu"!

Saatnya kembali ke rute - rute jalan pulang, sebelum siklus - siklus asing pikiran dan perasaan kacau datang menghadang melalui budaya dan doktrin tekanan hidup yang seakan tak berakhir- karena Tuhan ciptaan itu diam- diam menjadi pemasoknya . Sarwa Hayu, Love, Light, Namaste ❤️❤️

~ Tunjung Dhimas Bintoro

(Pendiri Yayasan Suruh Nusantara Cendekia)