Perhitungan hari (petung dina), primbon, pranatamangsa, dan pawukon adalah teknologi dan pengetahuan tradisional. Masyarakat Jawa pada umumnya masih menggunakan pengetahuan tersebut untuk menentukan musim tanam, bepergian (lelungan), mantu, ngedekne omah (mendirikan rumah) maupun bangunan, memindahkan rumah, wetonan, dsb. Jika dipelajari lebih mendalam pengetahuan ini memiliki banyak aspek yang tercakup antara lain adalah aspek pskologis, matematis, geologis, meterologis, genetics, dan filosofis. Nah, selayaknya kita yang telah terpapar pengetahuan dan budaya moderen seharusnya tetap melestarikan dan mempelajarinya. Jangan lantas memupusnya dengan menerima begitu saja stigma negatif tentang pengetahuan - pengetahuan tradisional tersebut. Tak ada pengetahuan dan budaya peradapan moderen hari ini tanpa dukungan pengetahuan dan budaya tradisional. Hal yang bersifat ke-kunoan harus bisa ditransmisikan secara kekinian. Selalu ada relevansi saat kita mau mempelajarinya.
Hari ini mungkin kita bisa menikmati kemajuan sains dan teknologi yang bisa mempermudah cara hidup kita secara fisik, namun tanpa dukungan pengetahuan tradisional kita telah menderita oleh departemen perangkat lunak kita; penyakit mental dan pikiran. Kehidupan memang selalu berkaitan dengan dinamika dan tantangan. Secara fisik mungkin kemajuan teknologi dan sains sangat membantu kita, akan tetapi secara batin kita rapuh dan loyo tanpa dukungan pengetahuan tradisional.
Pengetahuan tradisional tersebut lebih berorientasi pada arah penataan kedirian personal seseorang sebagai subyek, maupun operator dunia eksternal (obyek), mungkin hari ini kita memiliki pengetahuan ramal cuaca untuk membantu pesawat terbang take-off, tapi pengetahuan tradisional lebih penting karena bertalian untuk meramal situasi cuaca batin sang operator (manusia). Tanpa kestabilan dan kekondusifan cuaca batin manusia, dunia eksternal bisa berpengaruh buruk pula.
Jangan sungkan dan canggung mendatangi para Janggan (Kapujanggan), Walyan (Sesepuh), maupun Ajisepuh (tokoh senior pengetahuan adat lokal) yang masih memiliki keilmuan tradisional tersebut, belajarlah pada beliau-beliau, karena orang -orang tersebut sesungguhnya adalah dosen maupun guru yang perlu kita mintai pendapat maupun pitutur (nasehat) untuk menata cuaca batin kita agar mampu berkarya dalam kehidupan kita. Semoga bermanfaat nggih.
Rahayu Sagung Dumadi 🙏
~ Tunjung Dhimas Bintoro
(Pendiri Yayasan Suruh Nusantara Cendekia)