Jagat raya bermula dari yang tiada. Dalam kasanah Jawa yang tiada disebut Suwung yang tak terdefinisikan. Dari Sang Suwung yang berkehendak terekspresilah bunyi kosmik yang menggetarkan sekaligus menyusun penciptaan. Suara itu sering kali disebut gemrenggenging tawon gumana, karena berdengung layaknya bunyi tawon. Juga disebut sebagai Sabda Ong atau Hong karena vibrasinya berdengung. Dari bunyi sabda Ong realitas penciptaan mulai terbentuk.  Penciptaan pertama adalah kahanan atau ruang waktu. Menurut I Ketut Sandika dalam buku Tantra; Ilmu Kuno Nusantara menjelaskan bahwa energi penciptaan tersebut kemudian menyebar ke seluruh arah dan menempati 8 arah mata angin. Di titik pusatnya sendiri bergetar 2 pusaran energi - yang disebut Siwa Sakti, Rahman - Rahim, Yin - Yang,  dan Lanang - Wadon dalam beberapa tradisi spiritual. Pusaran tersebut menjadi 10, selanjutnya dikodekan menjadi 10 aksara mistis yang disebut Daksasara. Selanjutnya Daksasara tersebut membentuk sacred geometry bernama Mandala. Melalui getaran aksara - aksara itulah kehidupan tercipta. Aksara adalah cikal bakal seluruh ciptaan. Selaras dengan prinsip holografis seperti yang dituliskan oleh Gregg Braden dalam buku the Divine Matrix, Daksasara itu pun bersemayam di dalam tubuh manusia selaku miniatur dari Sang Jagad Ageng.  Tubuh manusia tersusun oleh aksara- aksara yang bervibrasi dan membentuk Mandala atau Pancer yang menjadi penyeimbang jagad raya jika terdayagunakan dengan tepat. Dalam kasanah Jawa manusia juga disebut "Tiyang" yang berarti penyangga kehidupan karena bersemayam unsur Tuhan di dalam dirinya. Dengan mengenal Aksara di dalam dirinya manusia akan memahami cara menggulung dan menggelarnya. Jika siapapun saja mampu menggulungnya menuju pusat maka merekalah manusia sampurna yang bisa lebur ke Tahta Suwung, sering kali disebut Moksa. Kemudian siapapun yang bisa menggelarnya kembali maka mereka juga bisa disebut Sang Pamonging Jagad, karena mampu mengakses sifat penciptaan untuk turut mengkreasi keberadaan jagad raya, disebut jumbuh /tuwuh.

Aksara Pada Tubuh Manusia

Manusia tersusun oleh kode- kode aksara yang termanifestasi secara unik. Melalui aksara kita mampu mengetahui unsur - unsur yang barada di dalam diri kita. Ibarat komputer aksara - aksara tersebut mewakili bahasa sang programer agung di dalam diri kita. Aksara menjadi sandi mistik keberadaan diri kita, melalui aksara - aksara tersebut kita bisa mengakses kesejatian kita, tak hanya itu aksara - aksara itu ibarat promotor yang mampu mengoperasikan hampir seluruh cetak biru program -program penciptaan kita. Lalu seperti apa aksara - aksara yang mendesain tubuh kita? Mari kita simak beberapa contoh di bawah ini:

Aksara Ha sebagai unsur pembentuk perangkat halus pikiran atau idep.

Aksara Na sebagai unsur pembentuk organ hati, tempatnya di hati.

Aksara Ca sebagai unsur pembentuk rasa, tempatnya di pangkal lidah.

Aksara Ra sebagai unsur pembentuk penglihatan, tempatnya di mata.

Aksara Ka sebagai unsur pembentuk pendengaran, tempatnya di kedua telinga.

Aksara Sa sebagai unsur pembentuk penciuman, tempatnya di kedua lubang hidung.

Aksara Wa sebagai unsur pembentuk organ kaki, tempatnya di kedua kaki.

Aksara La sebagai unsur pembentuk bibir, tempatnya di bibir.

Aksara Ma sebagai unsur pembentuk wajah, tempatnya di wajah.

Aksara Ga sebagai unsur pembentuk leher, tempatnya di leher.

Aksara Ba sebagai unsur pembentuk bahu, tempatnya di bahu.

Aksara Ta sebagai unsur penggerak organ tangan, tempatnya di kedua tangan.

Aksara Pa sebagai daya energi yang menggerakkan organ kaki, tempatnya di kedua kaki.

Aksara Da sebagai unsur pembentuk organ perut, tempatnya di perut.

Aksara Ja sebagai unsur pembentuk organ jantung yang menjadi sumber energi, tempatnya di jantung.

Aksara sebut adalah kode mistik dalam kategori penyusun tubuh raga manusia. Selanjutnya aksara bertransformasi setelah melalui serangkaian evolusi mistik, yang kemudian menyusun organ vital dalam diri manusia.  Demikianlah kasanah Tantra Kuno Nusantara.  Siapapun yang bisa terkoneksi dengan Aksara - Aksara tersebut maka mereka akan mampu mendayagunakan segala piranti di dalam dirinya. Melalui Aksara - Aksara tersebut kita bisa berbicara dengan diri kita; organ - organ kita dan seluruh perangkat yang turut menyusun tubuh kita. Melalui Aksara - Aksara tersebut kita bisa memprogram tubuh kita untuk melakukan penyembuhan, penataan, dan penyelarasan secara mandiri.

~ Tunjung Dhimas Bintoro

(Pendiri Yayasan Suruh Nusantara Cendekia)