Corporate Training Paramesti Magetan: Membumikan Kearifan Jawa untuk Dunia Kerja Modern
Magetan, 14 Juni 2025 – Di tengah derasnya arus globalisasi dan tuntutan industri modern, CV. Paramesti Magetan mengambil langkah unik dalam memperkuat fondasi perusahaannya. Bertempat di Villa Arjuna, Sarangan, tanggal 13–14 Juni 2025, mereka menyelenggarakan Corporate Training Paramesti Magetan yang sarat nuansa budaya sekaligus spiritualitas Jawa.
Acara ini diprakarsai oleh Yayasan Suruh Nusantara Cendekia, dengan menghadirkan Mas Tunjung Dhimas Bintoro sebagai narasumber utama. Nama Tunjung bukanlah sosok asing dalam dunia pengembangan diri berbasis kearifan lokal. Dengan pendekatan khasnya, ia membimbing para head tiap divisi Paramesti Magetan untuk kembali pada prinsip “memayu hayuning diri, memayu hayuning sesami, dan memayu hayuning bawana.”
Filosofi tersebut diterjemahkan melalui program Mindfulness Javanese Meditation, yang meliputi tiga tahapan laku batin:
● Manekung, serangkaian teknik meditasi pernafasan untuk memantik gairah tertentu dalam diri, membuka kesadaran awal menuju proses awakening.
● Maneges, laku meditasi dengan latihan pemusatan dan visualisasi pikiran, yang menumbuhkan keteguhan niat dan kejernihan arah. (awareness).
● Mangenening, praktik pelepasan dan peluruhan segala citra diri, menuju kebeningan batin dan ruang hening yang sejati. (emptiness).
Dengan metode itu, para peserta diajak menyadari bahwa bekerja bukan sekadar mengejar hasil, melainkan sebuah laku yang penuh energi positif, selaras dengan diri sendiri, bermanfaat bagi orang lain, dan memberi dampak baik bagi semesta.
“Kesuksesan bukan sekadar target finansial, melainkan harmoni antara diri, lingkungan kerja, dan kehidupan yang lebih luas”
ujar Tunjung Dhimas Bintoro dalam salah satu sesi pelatihan, yang disambut antusias para peserta.
Acara ini turut dihadiri langsung oleh Mas Rochmad Marifat dan Muhammad Fadhil, kakak beradik sekaligus owner Paramesti Magetan, sebuah perusahaan sablon wayang dan budaya Jawa yang kini dikenal sebagai salah satu yang terkemuka di Indonesia. Kehadiran keduanya memberi pesan kuat bahwa pemimpin perusahaan tidak sekadar mengarahkan, tetapi juga terlibat aktif dalam perjalanan transformasi internal.
“Bagi kami, budaya Jawa bukan sekadar ornamen atau identitas, melainkan fondasi untuk membangun perusahaan yang berkelanjutan dan memberi dampak positif bagi masyarakat,”
tutur Rochmad Marifat, yang kemudian diamini oleh adiknya, Muhammad Fadhil.
Selama dua hari penuh, suasana pelatihan yang dipadukan dengan udara sejuk Sarangan memberi pengalaman berbeda bagi para peserta. Alih-alih sekadar training manajemen konvensional, mereka justru menemukan ruang untuk merenung, mengolah kesadaran, sekaligus merajut kembali komitmen bekerja dengan nilai kemanusiaan yang luhur.
Dengan penyelenggaraan Corporate Training Paramesti Magetan ini, Yayasan Suruh Nusantara Cendekia sekaligus menegaskan bahwa kearifan lokal Jawa dapat menjadi metode modern untuk membentuk sumber daya manusia yang tangguh, berintegritas, dan selaras dengan lingkungannya.